Rabu, 17 Maret 2010

Global Warming/Pemanasan Global

Global warming is the increase in the average temperature of Earth's near-surface air and oceans since the mid-20th century and its projected continuation. Global surface temperature increased 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) between the start and the end of the 20th century.[3][A] The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) concludes that most of the observed temperature increase since the middle of the 20th century was very likely caused by increasing concentrations of greenhouse gases resulting from human activity such as fossil fuel burning and deforestation.[3] The IPCC also concludes that variations in natural phenomena such as solar radiation and volcanic eruptions had a small cooling effect after 1950.[4][5] These basic conclusions have been endorsed by more than 40 scientific societies and academies of science,[B] including all of the national academies of science of the major industrialized countries.[6]

Climate model projections summarized in the latest IPCC report indicate that the global surface temperature is likely to rise a further 1.1 to 6.4 °C (2.0 to 11.5 °F) during the 21st century.[3] The uncertainty in this estimate arises from the use of models with differing sensitivity to greenhouse gas concentrations and the use of differing estimates of future greenhouse gas emissions. Most studies focus on the period leading up to the year 2100. However, warming is expected to continue beyond 2100 even if emissions stop, because of the large heat capacity of the oceans and the long lifetime of carbon dioxide in the atmosphere.[7][8]

An increase in global temperature will cause sea levels to rise and will change the amount and pattern of precipitation, probably including expansion of subtropical deserts.[9] Warming is expected to be strongest in the Arctic and would be associated with continuing retreat of glaciers, permafrost and sea ice. Other likely effects include changes in the frequency and intensity of extreme weather events, species extinctions, and changes in agricultural yields. Warming and related changes will vary from region to region around the globe, though the nature of these regional variations is uncertain.[10]

Political and public debate continues regarding global warming, and what actions to take in response. The available options are mitigation to reduce further emissions; adaptation to reduce the damage caused by warming; and, more speculatively, geoengineering to reverse global warming. Most national governments have signed and ratified the Kyoto Protocol aimed at reducing greenhouse gas emissions.

Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Senin, 18 Januari 2010

Sejarah Musik Barat Dari Zaman Kuno Hingga Sekarang


Sejarah Musik Barat Dari Zaman Kuno Hingga Sekarang

Seluruh peradaban kuno memasuki masa sejarahnya dengan budaya musik yang maju. Para penulis terdahulu menerangkan bukti legenda dan mitos adalagh bukti bermulanya seni suara. Di antara pertimbangan tentang asalnya, paling mudah diterima musik bermula sebagai bentuk primitif komunikasi, yang tumbuh dari alat untuk memperlancar pekerja, atau berawal sebagai kekuatan upacara keagamaan. Meskipun teori-teori ini tetap sebuah spekulasi, jelaslah bahwa musik barat berasal dari lembah subur ujung timur laut mediterania. Di sana bangsa Mesopotamia, mesir, dan yahudi berinteraksi politik social dengan bangsa lain yang diserap dari bangsa penakluk Yunani dan kemudian Romawi yang membawa bentuk modern dari seni kembali ke Eropa barat.
Pada seluruh budaya awal ini fungsi sosial musik adalah karena faktor kesamaan iklim, letak geografis, kebudayaan, dan pengaruh. Fungsi utama musik adalah pada keagamaan yang “magis” hingga ritual peradaban yang suci. Selain itu musik juga dipergunakan untuk menggugah semangat pada militer, menenangkan pekerja, pengiring drama, dan pengiring tarian atau penyanyi. Dalam setiap hal suara, musik adalah pengiring gerakan tubuh (tarian, parade, permainan, atau pekerjaan) ataupun nyanyian. Beberapa abad telah berlalu dan suara merdu tetap ada.

Sejarah Musik Yunani


Yunani

Sejarah musik Yunani dapat dibagi menjadi 3 kurun waktu, seperti kurun waktu berlakunya sejarah bangsa dan negara Yunani itu sendiri.
A. Kurun waktu yang pertama dihitung dari jaman mistis sampai hijrahnya suku dari (kira-kira 1100 SM)
B. Kurun waktu yang ke dua dihitung dari hijrahnya suku Doris sampai tahun 500 SM.
C. Kurun waktu ke tiga atau masa klasik dan masa helenisme sampai runtuhnya kemerdekaan negara Yunani (300SM).
Masa Mistis (1100 SM)
Bangsa Yunani seperti juga bangsa-bangsa kuno, menganggap seni itu berasal dari dewa-dewa. Dewa dan pelindung kesenian adalah Apollo. Apollo adalah dewa dari semangat yang menjadi contoh dan teladan dari golongan kitharoden, panglima dari para musa yaitu dewa – wanita(dewi) dari seni suara(oleh karenanya dijuluki musagetes).
Fase ke dua (1100 – 500 SM)
Pada sekitar tahun 1100 SM mulailah gerakan besar hijrahnya suku doris, yang menyebabkan berakhirnya jaman mistis di Yunani. Sejak kejadian ini terjadilah pembagian bangsa Yunani menjadi suku Yonia, Doris, Eolia. Seniman pertama yang disebut-sebut dalam masyarakat Yunani ialah Tyrtaeos yang hidup sekitar tahun 676 SM dan tampil sebagai penyanyi dan pahlawan dalam perang antara orang sparta dan orang messenia.
Masa Klasik dan Helenisme (500 – 30 SM)
Kurun waktu yang lebih muda dari musik Yunani diawali pada jaman pitistratos. Pada pitistratoslah sebagai penguasa atas atena dibebankan tanggung jawab atas pementasan panatilenea. Pesta ini diadakan untuk menghormati diri pelindung kota palos, Athene selama 4 tahun secara besar-besaran.
Estetika musik Yunani
Kebudayaan Yunani jama klasik tidak hanya terbatas pada bidang seni saja melainkan menunjukan suatu kesempurnaan luar biasa dalam ilmu pengetahuan bahkan lebih dalam bidang ilmu pengetahuan yang paling abstrak ialah filsafat.

Plato (427-347)
Murid Socrates ( 459-399) dan pendiri institut filsafat di kota athena yang disebutnya “Akademeia”. Plato menjadi terkenal karena karangan-karangan yang berjudul “Dialog-Dialog”. Dalam tulisan ini beliau berulang-ulang menekankan sifat kerohanian jiwa manusia. Demikianlah misalnya dalam dialog yang menerangkan tentang “Nomoi “ artinya hukum-hukum antara lain dihubungkan musik dan batin manusia.
Aristoteles (384-322)
Seorang murid Plato dan pendiri suatu sekolah di kota athena denga nama “Sekolah Peripatesis (peripateo)”. Berarti erjalan keliling, karena aristoteles memiliki suatu kebiasaan unik ialah mengajar dengan berjalan dalam suatu taman bersama dengan murid-muridnya. Ayahnya adalah seorang dokter, sehingga sejak masa mudanya Aristoteles sudah terbiasa memperhatikan peristiwa-peristiwa alam. Ketika berumur 17 tahun Aristoteles pindah dari kota kelahirannya ialah Stagira dalam propinsi Tharasia. Ke ibukota Yunani Athena. Di sanalah selama 20 tahun dia menjadi murid Plato.
Aristoxenos (350-300)
Ahli musik ini berasal dari kota Trente (Italia Selatan) terkenal sebagai murid Aristoteles yang paling baik, sekurang-kurangnya dalam hal seni pada umumnya dan filsafat musik pada khususnya. Antara lain, ia menerangkan mengapa seni ritmis perlu mendapatkan penghargaan tinggi. Menurut Aristoteles seni-seni ini dalam pelaksanaannya tidak hanya melibatkan panca indra tetapi juga daya ingatan dan akal budi. Ia membagi seni-seni ritmis antara seni sastra, seni suara, dan seni tari. Dengan demikian seni-seni ini dianggap otonom, artinya tidak tergantung dari seni lain. Maka dari itu biasanya dinamakan orchestik.